“Menabur Yang Baik”
“Siapa yang menabur dialah yang akan menuai hasilnya” kalimat inilah yang selalu saya pegang apalagi ketika mengajar. Saya berusaha dalam situasi dan kondisi apapun yang saya lakukan khususnya ucapan kalimat atau bahkan kata-kata yang keluar dari mulut saya adalah kata-kata yang pantas dikeluarkan oleh seorang guru. Saya yakin ucapan yang saya ucapkan akan diingat oleh murid-murid saya, dan bahkan mereka akan menirunya.
Awal mengajar dulu, ketika mengajar saya suka memanggil murid-murid dengan sebutan sederhana “wooi..” Beberapa murid merespon “yaaa Ustadzah...” tetapi ada juga yang membalas dengan “wooi...”Salah seorang murid kelas enam, sambil lalu tapi mengkritik “Waah.. Ustadzah ni...cara manggilnya eee..” Saya agak tertegun dan lalu membela diri “Waah.. maklumlah yaa penghematan kata dan waktu, repot kalau Ustadzah bilang "anak-anak ustadzah".. jadi, supaya cepat “wooi” saja nggak apa-apakan..?” Eee.. mereka malah menjawab “Nggak apa-apa wooi..” Huuft... Sejak itu saya berusaha tidak lagi menggunakan atau mengurangi penggunaan kata “wooi”
Di kelas empat dimana saya menjadi wali kelasnya, waktu itu sedang belajar Kesenian dengan guru baru. Hari itu hari pertamanya masuk di kelas saya. Si guru menerangkan tentang jenis nyanyian / lagu. Beliau menerangkan dengan mencatat di papan tulis. Baru menerangkan beberapa jenis, salah seorang murid namanya Faisal, bertanya “Ustadz, mengapa kita nggak menyanyikannya saja ?” Si guru tidak peduli tetapi tetap saja menerangkan. Beberapa murid malah bergerombol dan mengobrol jadinya. Si guru seni menghentikan penerangannya dan bertanya “ Tu.. yang bergerombol tu.. ngapain tu.. macam heiwaaan aja..?” si Faisal malah balik bertanya “Apa...itu heiwaan Stad ?” Si Ustadz Kesenian tidak bisa menjawab tetapi langsung meneruskan penerangannya. Saya hanya menggeleng-gelengkan kepala memperhatikannya.
Setelah selesai belajar kesenian, dilanjutkan pelajaran IPS dengan saya. Sebelum masuk ke pelajaran, saya menyinggung peristiwa “heiwaan” tadi. Saya minta murid untuk mengerti dan mau mengikuti gaya gurunya mengajar apalagi Kesenian yang hanya satu jam dalam seminggu. Salah seorang murid bertanya “Ustadzah, waktu Ustadzah sekolah dulu pernah nggak nakal seperti kami ?” spontan saya jawab “Pernah”.”Gimana tu ceritanya Zah..”“Hmm... sama kayak kalian tadi, guru Ustadzah tu guru baru juga tapi mengajar Matematika, baru beberapa pekan mengajar. Waktu itu dia ngasih tugas buat kliping satu kelompok berdua. Ustadzah sama teman Ustadzah belum selesai klipingnya jadi kami berdua mengerjakannya di kelas padahal waktu itu, si Bapak menerangkan pelajaran. Melihat Ustadzah dan teman asyik menggunting dan mengelem kliping, dia mendekati kami berdua dan bertanya” “Ini.. klipingnya disimpan atau dikerjakan diluar...””Ustadzah dan teman berhenti mengerjakan kliping” “Trus.. trus... Zah..”murid-murid saya penasaran. “Terus, teman Ustadzah ngomong ke Ustadzah “Eh, Fai.. kita kerjakan di luar aja yook..”Ustadzah spontan setuju “Aaayook..” Akhirnya, Ustadzah dan teman Ustadzah permisi keluar kelas dan mengerjakan kliping di luar kelas”Si Faisal berkomentar, ”Wuiih mantap dang..”ada lagi yang komen”Luar.. biasa Stadzah..”. Bahkan, ada beberapa murid yang bertepuk tangan dan mengacungkan jempol. “Aaa.. mana pula.. apanya yang mantap..”Timpal saya.“Bapak tu, diam saja Zah, nggak marah ?”tanya Faisal. Saya menjawab “Hee... nggak tahu, tapi Ustadzah melihat Bapak Guru tu keluar kelas dan mengawasi kami sebentar””Eeeh.. tapi jangan ditiru yaa.. walau bagaimanapun nggak baik, Ustadzah dan teman yang salah kan..”
Kelas saya kondisikan kembali untuk belajar IPS. Salah seorang murid memberi tahu“Zah.. ada PR Zah..“ “Oh yaa, kita periksa yaa, change buku PRnya”Salah seorang murid mengadu “Zah... Faisal nggak buat PR..” Saya bertanya ke Faisal “Kenapa nggak buat Sal.. ?” “Heee,, lupa bawa Zah..” Saya hanya menghela nafas. Lalu si Faisal bertanya “Ustadzah, nggak nyuruh Ana mengerjakan PR di luar ?”Saya berikan ia senyum manis saya lalu berkata “Hmmm iyya yaa.. hebat Anta yaa.. mau buat PR di luar, bisa main jadinya tidak lah yaa.. memangnya Ustadzah Bapak Guru tadi..?”Murid-murid memberikan “Wuuu”panjang ke Faisal. Dia hanya menggaruk-garuk kepalanya lalu membuka tas, mengeluarkan buku PR IPSnya dan memberikan ke teman di sebelahnya.
Begitulah murid-murid, betapa mereka sangat meresapi ucapan gurunya. Ibarat spon mereka menyerap apa saja yang disampaikan gurunya. Ucapan guru ibarat benih yang ditabur, apabila baik ucapannya tentulah buah atau hasil yang baik pula yang akan dituai nantinya. Kata-kata bijak mengatakan bahwa :
"Menabur dalam PIKIRAN akan menuai TINDAKAN, Menabur TINDAKAN akan menuai KEBIASAAN, Menabur KEBIASAAN akan menuai KARAKTER. Guru dengan ucapannya menabur benih ke pikiran murid-muridnya. Jika baik ucapan guru ins sha Alloh akan menuai tindakan yang baik pula dari murid-muridnya, dan inilah yang lama kelamaan yang akan menjadi karakter muridnya, karakter yang baik, aaaamiiin...
"Menabur dalam PIKIRAN akan menuai TINDAKAN, Menabur TINDAKAN akan menuai KEBIASAAN, Menabur KEBIASAAN akan menuai KARAKTER. Guru dengan ucapannya menabur benih ke pikiran murid-muridnya. Jika baik ucapan guru ins sha Alloh akan menuai tindakan yang baik pula dari murid-muridnya, dan inilah yang lama kelamaan yang akan menjadi karakter muridnya, karakter yang baik, aaaamiiin...
No comments:
Post a Comment